Bantuan Teknis I
Hidangan 3 menu yang indah dan lezat yang disajikan oleh tiga koki terkemuka telah membuktikan bahwa persiapan makanan berkualitas tinggi menghadirkan cita rasa dan reputasi produk pertanian Indikasi Geografis (IG) Indonesia yang unik dan orisinal. Namun, banyak konsumen yang masih belum mengetahui tentang GI itu sendiri. Komunitas Pemegang Hak GI (MPIG), bersama dengan pemerintah daerah dan pusat, mitra sektor swasta, aktivis merek, influencer, duta merek dan akademisi, harus berkolaborasi dan berkomitmen untuk tanpa lelah mengadvokasi nilai Indikasi Geografis Indonesia dengan secara konsisten mempromosikan dan mendidik konsumen dan pengguna baik di pasar domestik maupun internasional.
Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (Ditjen Kekayaan Intelektual) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dan Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (Ditjen PEN) Kementerian Perdagangan bekerjasama dengan ARISE+ Indonesia mempresentasikan dan membahas draft final Strategi Branding untuk Indikasi Geografis Indonesia pada acara Workshop 5th GI Creative Branding di Nusa Indonesia Gastronomy, Jakarta, pada 18 Agustus 2022.
Selama tiga tahun terakhir, DGIP, DGNED, dan ARISE+ Indonesia telah berkolaborasi dengan lebih dari lima belas Key Opinion Leaders (KOLs) seperti Chef Bara Pattiradjawane, Chef Ragil Imam Wibowo, Helianti Hilman, Vita Datau, Santhi Serad dan Arto Biantoro dalam merumuskan strategi branding nasional untuk Indikasi Geografis Indonesia yang berfokus pada IG pertanian pangan. Seiring dengan perubahan identitas merek, dokumen strategi awalnya diselesaikan pada Desember 2021.
Dokumen strategi tersebut disusun dengan tujuan untuk meningkatkan pengakuan, citra dan reputasi Indikasi Geografis Indonesia (#IndikasiGeografis) sebagai produk yang terjamin nilai tambah dan bermutu tinggi. Strategi tersebut mengadopsi pendekatan pragmatis berdasarkan pengalaman dan contoh praktis. Strategi yang diusulkan membayangkan GI Indonesia sebagai Merek GI yang sangat dihargai dan diakui oleh semua orang di rumah dan secara global dalam 10 tahun ke depan atau pada tahun 2033.
Mewakili Direktur Kerjasama dan Pemberdayaan Kekayaan Intelektual DJIP Kementerian Hukum dan HAM, Koordinator Kerjasama Internasional Fajar Sulaeman menekankan pentingnya membangun kolaborasi dan sinergi antar pemangku kepentingan untuk mencapai tujuan sepuluh tahun tersebut.
Kurniaman Telaumbanua, Direktur Merek dan Indikasi Geografis Ditjen Cipta Karya, menyoroti potensi Indikasi Geografis yang sangat besar untuk menjadi salah satu kekuatan pembangunan ekonomi bagi Indonesia dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi bagi kesejahteraan masyarakat.
“Oleh karena itu, perlindungan dan pengembangan produk IG merupakan upaya strategis untuk mendorong produk Indikasi Geografis Indonesia mampu bersaing di pasar global,” ujar Kurniaman.
Dia mendorong pemerintah daerah dan masyarakat untuk melindungi dan mengembangkan komoditas lokal melalui pendaftaran IG. Ditjen PP juga mendukung percontohan proyek pariwisata berbasis IP di Amed Bali untuk mendorong sektor pariwisata melalui produk lokal. “Jika ini berhasil, kami bertujuan untuk memperluasnya ke provinsi lain di seluruh Indonesia dengan spesialisasi mereka sendiri.”
Direktur Kerjasama Pengembangan Ekspor Produk Manufaktur Ditjen PEN, Ibu Ni Made Ayu Marthini juga menegaskan kembali komitmen Kemendag untuk mendukung promosi, branding, dan akses pasar produk IG melalui keikutsertaan dalam Trade Expo Indonesia dan pameran internasional lainnya. Dia mendesak MPIG untuk meningkatkan kesiapan mereka untuk memenuhi persyaratan dan standar pasar ekspor.
Made juga mendorong MPIG untuk mengembangkan narasi kreatif di balik produk GI dan membuat kemasan yang menarik. "Ini akan menambah nilai komersial pada produk lokal yang sama baiknya dengan merek internasional di seluruh dunia."
Team Leader ARISE+ Indonesia, Marc Kwai Pun mengatakan, penyerahan Branding Strategy ini merupakan salah satu milestone dalam mendukung pengembangan MPIG. "Tapi ini bukan akhir. Strategi adalah dokumen kerja. Masih banyak yang akan datang untuk mencapai visi branding," kata Kwai Pun dalam sambutannya.
Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia dan perwakilan Brunei Darussalam, Nur Isravivani, juga Program Manager ARISE+ Indonesia, menyerahkan dokumen GI Branding Strategy kepada Ditjen Dikti dan Ditjen PEN.
Untuk memungkinkan pengalaman mencicipi, makan siang dan minuman GI tiga hidangan disajikan langsung secara eksklusif oleh Chef Bara bekerja sama dengan Chef Ragil dan Chef Santhi Serad. Menutup workshop, Chef Bara yang kerap dijuluki Duta GI Indonesia itu membagikan sampel GI sebagai kenang-kenangan kepada para peserta. “Untuk mencapai visi 10 tahun yang kami usulkan, mari kita mulai dari sini hari ini, sebuah gerakan untuk mengaktifkan produk GI Indonesia di setiap rumah tangga yang harus dimulai di pantry kita sendiri,” Chef Bara memotivasi para peserta workshop.