Indonesia secara aktif mendorong sektor manufakturnya sebagai area utama bagi Penanaman Modal Asing (FDI) untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan mencapai visi besar 2045 menjadi negara yang sejahtera dan maju.
28 Februari 2023 - Bantuan Teknis II
Indonesia secara aktif mendorong sektor manufakturnya sebagai area utama bagi Penanaman Modal Asing (FDI) untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan mencapai visi besar 2045 menjadi negara yang sejahtera dan maju.
Industri farmasi dan kesehatan telah muncul sebagai salah satu sektor prioritas untuk investasi, mengingat potensi untuk memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi negara, serta meningkatnya permintaan layanan kesehatan di Indonesia.
Kementerian Penanaman Modal (BKPM) bermitra dengan ARISE+ Indonesia untuk mengembangkan Rencana Daya Tarik Investasi untuk menarik FDI dari Uni Eropa (UE), termasuk untuk industri farmasi dan kesehatan. Pada tanggal 14 Februari, Kementerian Penanaman Modal (BKPM), bekerja sama dengan ARISE+ Indonesia, menyelenggarakan pertemuan investasi untuk mempromosikan proyek investasi Indonesia di sektor kesehatan, mempertemukan perusahaan UE, kedutaan besar, organisasi perdagangan dan investasi, serta Kementerian Kesehatan , Kementerian Perindustrian, dan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).
Kami mendapat kehormatan untuk membahas rencana daya tarik investasi dengan Bapak Indra Darmawan, Deputi Bidang Perencanaan Penanaman Modal, di Kementerian Penanaman Modal (BKPM).
Berikut petikan wawancara kami.
T: Apa target dan arah investasi Indonesia tahun ini? Mengingat ketidakpastian ekonomi saat ini akibat pandemi, perang Rusia, dan ketegangan geopolitik, bagaimana rencana Indonesia untuk mempertahankan pertumbuhan investasi yang berkelanjutan dan memenuhi target realisasi investasi tahun 2023? Mengingat realisasi investasi tahun 2022 melebihi target, strategi apa yang akan dilakukan untuk mengantisipasi kesulitan memenuhi target tahun ini?
J: Target investasi tahun ini dipatok Rp 1.400 triliun, naik 16,7% dari tahun lalu (2022). Kami telah mengidentifikasi bahwa mengembangkan sektor manufaktur yang kuat dan menerapkan kebijakan hilirisasi industri merupakan kebijakan strategis utama untuk mencapai target investasi kami dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di Indonesia. Kementerian Penanaman Modal/BKPM baru saja menyelesaikan penyusunan roadmap kebijakan hilirisasi industri yang komprehensif, yang mencakup 21 komoditas dalam delapan sektor prioritas.
Kebijakan hilirisasi industri di Indonesia, khususnya pengolahan nikel, telah membuahkan hasil yang signifikan. Nilai ekspor nikel Indonesia telah melonjak dari US$ 3,3 miliar pada tahun 2017 menjadi US$30 miliar yang mengesankan pada tahun 2022. Ini adalah bukti nyata bahwa kebijakan hilirisasi kami menambah nilai bahan baku, meningkatkan nilai ekspor Indonesia secara keseluruhan. Hal ini, pada gilirannya, berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dengan meningkatkan PDB negara dan mendorong pembangunan ekonomi lebih lanjut.
Memang, tahun ini menghadirkan sejumlah tantangan, baik secara global maupun domestik. Resesi global dan tahun politik yang akan datang di Indonesia menyebabkan beberapa investor mengambil pendekatan wait and see. Karena nilai perdagangan kita hanya menyumbang 35% dari PDB, faktor domestik bisa menjadi tantangan yang lebih besar daripada global. Saat ini, daya saing bukan hanya tentang efisiensi tetapi juga ketahanan terhadap guncangan.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, kita harus membina kerjasama yang lebih erat dengan para pelaku usaha, memberikan pendampingan dan menciptakan lingkungan yang kondusif dan nyaman yang memfasilitasi kemudahan berusaha di Indonesia. Dengan demikian, kita dapat mendorong lebih banyak investasi dan memastikan bahwa investor terus melihat Indonesia sebagai tujuan yang menarik untuk modal mereka. Melalui kolaborasi ini, kami dapat membangun ketahanan yang lebih baik dan mencapai target investasi kami untuk tahun 2023 dan seterusnya.
T: Sebagai pasar terbesar di kawasan ASEAN, Indonesia memiliki potensi untuk memimpin pertumbuhan ekonomi blok tersebut. Bisakah Anda berbagi beberapa wawasan tentang agenda investasi yang diperjuangkan Indonesia sebagai Ketua ASEAN pada tahun 2023 dan bagaimana rencananya untuk memimpin kawasan ini menuju pertumbuhan dan pembangunan ekonomi yang lebih besar?
J: Keketuaan Indonesia di ASEAN merupakan peluang strategis untuk melanjutkan keberhasilan Kepresidenannya di G20, yang secara luas dianggap sukses dan merupakan aset yang berharga. Hanya fokusnya kini bergeser dari tingkat internasional ke tingkat regional, menekankan bagaimana Indonesia dapat memimpin kawasan ASEAN untuk mengarungi kerja sama ekonomi di tengah persaingan sengit antara kekuatan ekonomi utama.
Dengan jumlah penduduk 600 juta jiwa, kawasan ASEAN merupakan aset strategis yang berpotensi besar untuk menjadi hub produksi, bukan sekadar target pasar. Indonesia bertujuan untuk memanfaatkan Keketuaan ASEAN tahun ini, dengan tema "Masalah ASEAN: Episentrum Pertumbuhan", untuk mendorong kerja sama ekonomi dan menciptakan pusat ekonomi baru yang disesuaikan dengan daya saing masing-masing negara.
Dalam konteks ASEAN, konektivitas digital menjadi aspek yang paling kritis untuk digarap. Konektivitas digital yang lebih baik akan membuka jalan bagi kawasan ini untuk menjadi pusat produksi kelas dunia. Namun, kesenjangan digital antar negara ASEAN menghadirkan tantangan yang harus diatasi melalui peningkatan kerja sama untuk memperkuat konektivitas digital kawasan, menjadikannya lebih tangguh dan kompetitif sebagai pusat produksi yang kuat.
T: Apa saja hal penting yang dapat diambil dari acara baru-baru ini, bekerja sama dengan ARISE+ Indonesia, untuk mengumpulkan perusahaan-perusahaan Uni Eropa dan mempromosikan proyek investasi di sektor farmasi dan kesehatan?
J: Focused Group Discussion (FGD) baru-baru ini memberikan kesempatan berharga bagi kami untuk mempresentasikan tiga proyek investasi yang siap ditawarkan, dilengkapi dengan studi pra-kelayakan, yang dapat sangat membantu calon investor.
Proyek tersebut antara lain Industri Bahan Baku Obat Paracetamol, Clopidogrel, dan Amoxilin di Kawasan Industri Subang, Garam Farmasi di Gresik, dan Industri Kesehatan Berbasis Karet Alam di Kawasan Industri Medan. Selain menampilkan proyek-proyek tersebut, FGD berfungsi sebagai platform untuk berkomunikasi dengan sektor swasta. Kami dapat mengumpulkan informasi tentang tantangan yang dihadapi bisnis dan aspirasi mereka, memungkinkan kami untuk berdiskusi dan mengembangkan solusi kebijakan yang efektif. Masukan dari sektor swasta memberikan wawasan dan umpan balik berharga yang dapat digunakan untuk memperbaiki lingkungan bisnis di Indonesia.
T: Kementerian Investasi/BKPM, bekerja sama dengan ARISE+ Indonesia, sedang mengembangkan rencana investasi untuk menarik gelombang baru investasi UE ke Indonesia. Bisakah Anda memberi kami perspektif Anda tentang cara-cara utama yang menurut Anda FDI dari Eropa, khususnya, dapat secara strategis mendukung Indonesia dalam mencapai target investasinya dan berkontribusi pada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs)?
J: Penanaman Modal Asing (FDI) dari Eropa memiliki peran strategis dalam mendukung Indonesia mencapai target investasinya dan berkontribusi pada SDGs. Uni Eropa telah menjadi salah satu dari 5 besar dan 10 besar investor Indonesia selama tiga tahun terakhir, terutama di industri farmasi dan kesehatan. Fakta bahwa perusahaan-perusahaan dari Uni Eropa menempati peringkat lima besar investor di Indonesia menunjukkan minat yang kuat di antara perusahaan-perusahaan Eropa untuk berinvestasi di negara tersebut.
Selain mendatangkan modal baru, perusahaan-perusahaan Eropa dapat menawarkan akses ke teknologi, inovasi, dan praktik terbaik manajemen yang dapat membantu meningkatkan produktivitas dan efisiensi serta mendorong inovasi dalam perekonomian Indonesia. Selain itu, FDI dari UE dapat membantu perusahaan Indonesia untuk menembus pasar global, khususnya pasar UE. Untuk lebih memfasilitasi hal ini, kami berupaya untuk menyelesaikan negosiasi Indonesia-EU Comprehensive Economic Partnership Agreement (I-EU CEPA) pada akhir tahun ini. Perjanjian ini dapat membuka peluang baru untuk perdagangan dan investasi, menciptakan akses pasar baru dan mengurangi hambatan perdagangan.
FDI dari UE juga akan membantu meningkatkan daya saing ekonomi Indonesia dengan mempromosikan hubungan antara perusahaan lokal dan asing serta meningkatkan kualitas dan standar produk dan layanan di dalam negeri. Lebih penting lagi, FDI dapat menciptakan lapangan kerja, memperbaiki infrastruktur, dan mempromosikan kelestarian lingkungan. Semua hal di atas sangat penting untuk berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berkelanjutan dan pencapaian SDGs.
Jadi terima kasih ARISE+ Indonesia atas dukungan dan kerjasamanya.
T: Pesan inti apa yang ingin Anda sampaikan kepada investor asing Eropa yang memiliki potensi untuk mengembangkan bisnisnya di pasar Indonesia?
J: Indonesia tetap menjadi 20 besar tujuan investasi global, menurut UNCTAD. Terlepas dari tantangan yang ditimbulkan oleh pandemi, kinerja ekonomi Indonesia tetap berada di atas rata-rata, dan visibilitas negara yang semakin meningkat di panggung global menarik perhatian investor di seluruh dunia, termasuk dari Uni Eropa. Indonesia memiliki potensi untuk menjadi mitra pengembangan industri, khususnya di sektor teknologi tinggi, yang saat ini masih kekurangan tenaga ahli. Investor dari Uni Eropa dapat mengisi celah ini dan bekerja sama dengan Indonesia untuk melayani pasar ASEAN dan global. Kemitraan strategis ini dapat menguntungkan Indonesia dan UE, memungkinkan Indonesia untuk memanfaatkan kekuatan perusahaan dan teknologi UE sambil menyediakan platform bagi perusahaan UE untuk berekspansi ke wilayah tersebut. Dengan demikian, posisi Indonesia sebagai tujuan utama investasi sangat signifikan bagi Uni Eropa dan sebaliknya.