Bantuan Teknis II
Pada tahun 2019, pengelolaan Standar Pengukuran Nasional (SNSU) dialihkan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) ke Badan Standardisasi Nasional (BSN). Pergeseran ini merupakan dampak dari Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2014 tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian serta implementasi Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2018 tentang BSN. Dengan tanggung jawab baru tersebut, BSN melakukan reorganisasi menjadi pengurus SNSU, dengan menetapkan peran kedeputian baru yaitu Deputi SNSU. Reorganisasi ini memerlukan penguatan kapasitas sumber daya manusia di lingkungan Deputi SNSU.
Untuk mendukung upaya tersebut, ARISE+ Indonesia, sebuah program kerja sama antara Pemerintah Indonesia dan Uni Eropa yang dirancang untuk meningkatkan daya saing perdagangan Indonesia, telah menjalin kerja sama dengan BSN. Kemitraan ini fokus pada peningkatan kapasitas sumber daya manusia BSN.
Baru-baru ini kami berkesempatan berdiskusi dengan Y. Kristianto Widiwardono, Deputi SNSU, mengenai kemajuan metrologi di Indonesia dan kerjasama dengan ARISE+ Indonesia.
Berikut kutipan wawancara tersebut.
T: Bagaimana peran metrologi dalam mendukung perdagangan internasional?
KW: Metrologi atau ilmu pengukuran mempunyai peran yang sangat besar dan penting dalam mendukung perdagangan internasional yang adil. Metrologi merupakan pilar fundamental infrastruktur mutu nasional, selain standardisasi, akreditasi, dan penilaian kesesuaian. Metrologi memastikan bahwa pengukuran terstandarisasi dan konsisten di berbagai negara, dan hal ini sangat penting dalam perdagangan barang dan jasa. Standardisasi ini memastikan bahwa produk memenuhi dimensi, volume, dan berat yang ditentukan, di mana pun produk tersebut diproduksi atau dijual. Misalnya, satu liter bensin di suatu negara harus sama persis dengan satu liter di negara lain untuk perdagangan yang adil. Tanpa pengukuran yang terstandarisasi, setiap negara mungkin mempunyai sistem pengukuran yang berbeda, sehingga menimbulkan hambatan teknis dalam perdagangan. Metrologi membantu mengurangi hambatan ini dengan menyediakan standar pengukuran yang diterima secara universal, memfasilitasi transaksi perdagangan yang lebih lancar dan efisien.
Oleh karena itu, penting bagi pengukuran untuk memiliki ketertelusuran, artinya hasil pengukuran dapat dikaitkan dengan standar nasional atau internasional melalui rantai kalibrasi yang terdokumentasi dan tidak terputus, yang masing-masing berkontribusi terhadap ketidakpastian pengukuran secara keseluruhan. Di setiap negara, Institut Metrologi Nasional (NMI) memegang peran dan tanggung jawab untuk memastikan keterlacakan pengukuran ke Satuan Sistem Internasional (SI). Di Indonesia, fungsi ini dikelola oleh Badan Standardisasi Nasional, khususnya melalui Deputi Standar Pengukuran Nasional (SNSU-BSN). Pengakuan internasional atas Kemampuan Kalibrasi dan Pengukuran (CMC) yang dapat ditelusuri ke SI didokumentasikan dan dipublikasikan di situs web Bureau International des Poids et Mesures (BIPM).
Metrologi juga berperan penting dalam melindungi konsumen. Hal ini memastikan bahwa produk yang dijual secara internasional mematuhi standar keamanan dan kualitas, sehingga melindungi konsumen dari produk di bawah standar atau tidak aman. Selain itu, pengukuran yang akurat menghasilkan efisiensi biaya produksi, yang merupakan faktor kunci dalam persaingan pasar internasional. Jadi, metrologi bukan sekadar disiplin ilmu, namun juga merupakan landasan penting bagi perdagangan global, perlindungan konsumen, dan efisiensi ekonomi.
T: Bagaimana Anda menggambarkan kondisi metrologi di Indonesia saat ini? Apa saja kemajuan atau perkembangan signifikan di bidang metrologi yang telah dicapai Indonesia saat ini?
KW: Berdasarkan survei tahun 2022 yang dilakukan oleh United Nations Industrial Development Organization (UNIDO) mengenai Indeks Quality Infrastructure for Sustainable Development (QI4SD), metrologi Indonesia saat ini berada pada peringkat ke-48 dari 137 negara. Di Asia Tenggara, Indonesia menempati posisi ketiga, menyusul Singapura (peringkat 30) dan Thailand (peringkat 33). Hingga saat ini, SNSU-BSN sebagai Lembaga Metrologi Nasional Indonesia yang bertanggung jawab mengelola standar primer telah mendapatkan pengakuan internasional atas Kemampuan Kalibrasi dan Pengukuran (CMC) pada 148 jenis pengukuran. Sebagai perbandingan, Singapura memiliki sekitar 300 CMC, dan Thailand sekitar 200 CMC.
Dari informasi di atas, terlihat bahwa sektor metrologi kita tidak ketinggalan secara signifikan namun terus berkembang sejalan dengan pertumbuhan industri kita. Biasanya perkembangan metrologi cenderung disesuaikan dengan tuntutan industri. Namun, penting bagi kita untuk terus berupaya mencapai kemajuan, mengikuti perkembangan zaman dan perkembangan global. Ambil contoh, revolusi digital yang telah mengubah masyarakat kita; hal ini memaksa kita untuk terus memajukan ilmu pengukuran. Hal ini melibatkan pengembangan dan validasi teknik pengukuran baru pada tingkat kecanggihan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan yang muncul.
SNSU-BSN telah menandatangani Pengaturan Pengakuan Bersama (MRA) dengan Komite Internasional Berat dan Ukuran (CIPM) untuk memastikan penerimaan internasional atas hasil kalibrasi dan pengukurannya. Untuk memperoleh CMC, SNSU-BSN wajib terakreditasi ISO 17025 dan mengikuti Inter-Laboratory Comparison (ILC) yang dilanjutkan dengan tahapan penyerahan CMC. Tahap pertama adalah tinjauan intra-regional yang dilakukan oleh para ahli dari Organisasi Metrologi Regional (RMO), Program Metrologi Asia Pasifik (APMP), yang secara regional terkait dengan Indonesia. Tahap kedua melibatkan tinjauan antar-regional oleh RMO yang berbeda. Ucapan terima kasih atas keberhasilan CMC dipublikasikan di situs BIPM.
Namun, untuk mengakuisisi CMC, tantangan yang kami hadapi adalah peer review hanya dilakukan dalam jangka waktu tertentu. Hal ini memerlukan pemantauan ketat untuk memastikan kami tidak melewatkan peluang tinjauan penting ini. Selain itu, partisipasi aktif dalam APMP sangat penting bagi kami untuk melakukan advokasi secara efektif untuk tinjauan sejawat dalam kategori CMC tertentu yang kami perlukan.
Sejak tahun 2019, SNSU-BSN diberi mandat untuk mengelola seluruh aspek metrologi, termasuk pengelolaan bahan acuan. Saat ini SNSU-BSN telah memiliki tujuh laboratorium pengukuran fisik. Tahun lalu, laboratorium biologi kami berhasil melaksanakan tiga skema uji profisiensi untuk mendukung perluasan industri halal di Indonesia. Laboratorium kimia kami juga berhasil melakukan beberapa skema uji profisiensi dan mengembangkan CRM untuk mendukung keamanan pangan dan lingkungan. Laboratorium kimia juga berhasil melakukan skema uji profisiensi dan mengembangkan CRM matriks Karbon dioksida (CO2) dalam Nitrogen (N2) untuk mendukung kemajuan ekonomi karbon.
T: Bisakah bapak menguraikan peran dan kebijakan SNSU di bidang metrologi untuk mendukung sektor industri dan UKM, khususnya dalam memfasilitasi penerimaan global produk ekspor Indonesia?
KW: Sebagai NMI Indonesia, SNSU-BSN mempunyai peran yang lebih strategis dalam memberikan dukungan kepada UKM dan sektor industri di bidang metrologi dengan menjadi acuan utama standar pengukuran di Indonesia. Sosialisasi ketertelusuran pengukuran dilakukan SNSU-BSN melalui layanan kalibrasi yang diberikan kepada laboratorium kalibrasi bidang mekanika, radiasi, biologi, termoelektrik, dan kimia, serta penyediaan Certified Referrence Materials (CRM). Meskipun terkadang kami melayani industri, biasanya industri besarlah yang memerlukan pengukuran yang sangat akurat atau yang layanannya belum tersedia di laboratorium kalibrasi setempat. Oleh karena itu, kami tidak bersaing langsung dengan laboratorium kalibrasi.
Dalam memenuhi peran NMI, SNSU-BSN juga merumuskan kebijakan, termasuk pedoman pengukuran dan kalibrasi di berbagai bidang. Pedoman ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi laboratorium kalibrasi pada infrastruktur metrologi nasional dalam memberikan layanan kalibrasi kepada UKM.
Sebagai NMI yang berada di puncak piramida ketertelusuran pengukuran, kita harus memastikan bahwa kita memiliki sumber daya yang kompeten dan berkualitas. Tak hanya itu, SNSU-BSN juga mendukung pengembangan sumber daya pemangku kepentingan metrologi untuk memberikan pelayanan terbaik bagi UKM dan industri.
SNSU berkontribusi dalam pelatihan melalui Pusat Pengembangan SDM BSN yang sering mengadakan pelatihan bagi UKM. Dalam upaya terkait, BSN memiliki program fasilitasi Usaha Mikro dan Kecil (UMK) yang disebut 'Bina UMK' yang fokus pada penerapan SNI (Standar Nasional Indonesia) di kalangan UMK. Selain itu, baru-baru ini kami juga berkolaborasi dengan Masyarakat Metrologi Indonesia (MMI) untuk memberikan pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia MMI.
Selain itu, SNSU-BSN juga rutin melakukan sosialisasi dan edukasi metrologi kepada pemangku kepentingan. Kegiatan tersebut kini diselenggarakan secara daring dan disiarkan melalui media sosial BSN untuk menjangkau khalayak yang lebih luas, termasuk pelaku industri. Untuk lebih meningkatkan pemahaman, SNSU memproduksi video edukasi yang dibagikan di platform media sosial BSN.
SNSU-BSN juga berkoordinasi dan bekerjasama dengan berbagai lembaga dan instansi yang bertanggung jawab di bidang metrologi legal, seperti Direktorat Metrologi Kementerian Perdagangan yang memastikan alat ukur perdagangan memenuhi standar dan ketentuan, Kementerian Kesehatan yang mengelola jaringan. laboratorium kalibrasi alat kesehatan, dan Kementerian Perindustrian, untuk mencegah tumpang tindih dalam pelaksanaan tugas metrologi. Dalam hal ini Direktorat Metrologi menangani metrologi legal, sedangkan SNSU memastikan ketertelusuran hingga Satuan Sistem Internasional (SI).
SNSU juga mendorong pihak-pihak terkait untuk lebih banyak mendirikan laboratorium kalibrasi di daerah untuk memenuhi kebutuhan UKM dan industri, mengingat luasnya wilayah Indonesia dan banyak pulau. Ini adalah salah satu tantangan yang juga harus kita atasi.
T: Bagaimana kebijakan pengembangan SNSU ke depan berdasarkan survei yang dilakukan bekerja sama dengan ARISE+ Indonesia terhadap lembaga kalibrasi dan UKM?
KW: Berdasarkan hasil survei yang difasilitasi oleh ARISE+ Indonesia, teridentifikasi beberapa bidang layanan pengukuran yang belum dipenuhi oleh SNSU. Sebagai lembaga pemberi layanan, pengembangan SNSU harus mampu memenuhi kebutuhan masyarakat yang dilayaninya. Namun, sebagai bagian dari institusi pemerintah, pengembangan SNSU juga harus sejalan dengan target yang ditetapkan BSN, serta tujuan pemerintah yang lebih luas. Untuk meningkatkan efektivitas, pembangunan harus fokus pada sektor-sektor prioritas yang menjadi sasaran pemerintah, seperti sektor pangan dan kesehatan. Dari sektor-sektor tersebut, kita kemudian akan mengidentifikasi kebutuhan metrologi, apakah menyangkut panjang, listrik, massa, suhu, atau pengukuran lainnya, dan menilai wilayah mana yang sudah terpenuhi dan mana yang belum.
Sebagai lembaga negara, kita menghadapi tantangan terkait keterbatasan anggaran dan sumber daya manusia. Oleh karena itu, di antara seluruh kebutuhan pengembangan SNSU, kita harus memprioritaskan kebutuhan yang selaras antara target pemerintah dan permintaan layanan kalibrasi yang paling signifikan dari masyarakat.
Kami sebagai NMI juga berencana untuk memaparkan hasil survei ARISE+ Indonesia kepada para pemangku kepentingan baik di tingkat nasional maupun daerah, dengan tujuan untuk menumbuhkan sinergi dan kolaborasi. Tujuan kami adalah mendorong pendirian lebih banyak laboratorium kalibrasi di daerah. Selain itu, kami akan mengadvokasi laboratorium-laboratorium ini untuk terus meningkatkan dan memperluas kompetensi pengukurannya.
Selanjutnya, laboratorium radiasi yang sebelumnya dikelola BATAN akan segera kami aktifkan kembali, karena kini amanah pengelolaannya telah dialihkan kepada SNSU-BSN. Sudah banyak permintaan metrologi radiasi, khususnya dari sektor pangan dan kesehatan.
Kami juga akan fokus mengembangkan laboratorium biologi yang dibutuhkan oleh sektor pangan, salah satu sektor utama di Indonesia. Selain itu, dengan adanya undang-undang produk halal, kita perlu mendukung ketertelusuran peralatan yang digunakan dalam industri halal dan menyediakan pengujian komparatif laboratorium untuk industri halal.
Selain itu, laboratorium kimia memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan karena banyaknya zat dan senyawa yang ditanganinya. Hal ini sangat relevan ketika kita melakukan transisi menuju ekonomi karbon, yang akan semakin memerlukan ketertelusuran instrumen pengukuran ke Sistem Satuan Internasional (SI).
T: Mengenai kerjasama dengan ARISE+ Indonesia, menurut Anda bagaimana ARISE+ Indonesia dapat membantu SNSU-BSN dalam mencapai tujuannya untuk meningkatkan kemampuan stafnya?
KW: Kami sangat mengapresiasi kerjasama kami dengan ARISE+ Indonesia. Saya yakin kegiatan survei dan pelatihan yang difasilitasi oleh ARISE+ Indonesia sangat bermanfaat dan memberikan nilai tambah yang signifikan bagi proses percepatan peningkatan kapasitas sumber daya BSN khususnya SNSU. Kesempatan untuk berdiskusi dan bertukar pengalaman dengan para ahli dari Institut Metrologi Nasional Afrika Selatan (NMISA) yang terkemuka sangatlah berharga. Berkat pelatihan tersebut, personel baru kami kini diperlengkapi untuk mempersiapkan pembukaan kembali beberapa layanan SNSU.