Kegiatan

Biaya logistik dalam negeri di Indonesia menunjukkan kesenjangan regional yang signifikan. Di wilayah barat, biaya-biaya tersebut mencapai 8,9% dari harga barang yang diangkut, dibandingkan dengan 5% di wilayah timur. Namun, transportasi barang dari barat ke timur memerlukan biaya yang jauh lebih tinggi, yaitu sebesar 37,5%, dibandingkan dengan 29,1% untuk arah sebaliknya. Kesenjangan yang mencolok ini menggarisbawahi permasalahan ketidakseimbangan kargo, dimana risiko pengangkutan kargo kosong dalam perjalanan pulang dan kelangkaan ketersediaan armada di wilayah timur akan meningkatkan biaya.

Direktorat Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan bekerja sama dengan ARISE+ Indonesia baru-baru ini mengembangkan dan memperkenalkan Mekanisme Koordinasi Perdagangan Jasa (TiS). Kerangka kerja ini bertujuan untuk meningkatkan koordinasi antara negosiator perdagangan Indonesia, sektor swasta, dan kementerian terkait, dengan memanfaatkan praktik terbaik internasional dan konsultasi dengan pemangku kepentingan.

Pada tanggal 27 Mei hingga 7 Juni, ARISE+ Indonesia memimpin delegasi pejabat Kementerian Investasi/BKPM dan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dalam kunjungan Investasi selama dua minggu ke Eropa. Kunjungan tersebut mencakup tujuh kota di tiga negara UE, yaitu: Amsterdam, Rotterdam dan Eindhoven di Belanda; Brussel di Belgia, dan Lille, Dunkerque, dan terakhir Paris di Prancis.

Sebagai anggota Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), Indonesia wajib mematuhi Perjanjian WTO tentang Perizinan Impor. Perjanjian ini, yang merupakan landasan sistem perdagangan multilateral, berupaya memastikan bahwa prosedur perizinan impor di seluruh negara anggota bersifat transparan, adil, dan tidak membatasi perdagangan. Perjanjian ini menetapkan serangkaian pedoman yang harus dipatuhi oleh suatu negara untuk menerapkan sistem perizinan impor yang efektif.

Sebagai negara agraris, Indonesia berkomitmen untuk melindungi kepentingan petani kecil dan miskin serta menjamin ketahanan pangan, khususnya dalam menghadapi krisis dan tantangan global saat ini. Oleh karena itu, negara ini secara aktif terlibat dalam berbagai negosiasi di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) mengenai masalah pertanian. Indonesia merupakan ketua G-33, sebuah koalisi yang terdiri dari 47 negara berkembang dan kurang berkembang (LDC), yang memainkan peran penting dalam mengadvokasi hak dan fleksibilitas negara-negara tersebut dalam negosiasi pertanian.

Sebagai bagian dari upaya pemerintah dalam mengefektifkan biaya logistik nasional, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas kembali bermitra dengan ARISE+ Indonesia untuk melakukan kajian biaya logistik nasional. Menyusul kajian kebijakan sebelumnya yang dilakukan pada tingkat makro pada tahun 2022-2023, kajian baru ini berfokus pada tingkat meso dengan mempertimbangkan karakteristik pergerakan barang antar wilayah di Indonesia. Kajian tingkat makro memberikan gambaran mengenai biaya logistik nasional, sedangkan kajian tingkat meso bertujuan untuk memberikan gambaran struktur biaya logistik yang lebih rinci dan komprehensif dengan mengkaji biaya antar wilayah dan moda transportasi, sehingga memungkinkan perumusan kebijakan yang lebih efektif kebijakan.

Direktorat Pertahanan Perdagangan (DPP) Kementerian Perdagangan bekerja sama dengan ARISE+ Indonesia mengembangkan alat untuk melakukan standarisasi perhitungan margin of injury. Dirancang untuk memastikan konsistensi dan efisiensi perhitungan, alat ini mendukung penyelidik perdagangan di DPP, Komite Anti-Dumping Indonesia (KADI), dan Komite Safeguards Indonesia (KPPI). Sesi pelatihan diselenggarakan untuk membekali penyelidik dan analis perdagangan dengan keterampilan untuk menggunakan alat ini secara efektif. Pengembangan alat ini dan program peningkatan kapasitas yang menyertainya bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan penyelidik perdagangan, sehingga memperkuat kemampuan Indonesia untuk melindungi eksportirnya selama investigasi perbaikan perdagangan yang diprakarsai oleh negara lain.

Ketika ARISE+ Indonesia hampir berakhir setelah lima setengah tahun penerapannya, program ini siap meninggalkan warisan abadi yang akan memperkuat daya saing perdagangan Indonesia dan menarik investasi Eropa ke wilayah tersebut. Peluncuran Attraction Plan untuk Investasi UE di Indonesia dan inisiasi pembentukan kembali EU Desk di BKPM pada tanggal 25 April 2024 ditandai sebagai tonggak penting di antara pencapaian-pencapaiannya.

Hari ini, Kementerian Investasi/BKPM dan Delegasi Uni Eropa (EU) untuk Indonesia meluncurkan “Rencana Daya Tarik Investasi EU di Indonesia” di Gedung Kementerian Investasi (BKPM).

Dalam menghadapi lanskap investasi global yang penuh tantangan, Kementerian Investasi/BKPM mengambil langkah proaktif untuk meningkatkan daya tarik Indonesia di mata investor internasional. Dengan target investasi ambisius sebesar 1,650 triliun Rupiah pada tahun 2024, Kementerian menyadari adanya kebutuhan mendesak untuk peningkatan kapasitas di Unit Perencanaan dan Promosi Investasi. Lokakarya ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman para peserta tentang dinamika proyek investasi dan membekali mereka dengan keterampilan dan alat yang diperlukan untuk membuat konsep, mengemas dan mempromosikan proyek-proyek yang dapat diinvestasikan, terlibat secara efektif dengan calon investor dan lembaga keuangan, dan pada akhirnya meningkatkan realisasi investasi, khususnya dari negara-negara Eropa. Persatuan.

Subscribe to the ARISE+ Indonesia newsletter